BREAKING NEWS

Ponorogo Berpeluang Jadi Sentra Herbal Nasional, Akademisi Soroti Kekuatan dan Strategi Penguatan Ekosistem

Ponorogo Berpeluang Jadi Sentra Herbal Nasional, Akademisi Soroti Kekuatan dan Strategi Penguatan Ekosistem
AgrotechIndonesia, Ponorogo - Kondisi geografis Kabupaten Ponorogo yang didominasi kawasan perbukitan dinilai sangat menguntungkan untuk pengembangan tanaman obat. Potensi tersebut bahkan disebut mampu mengantarkan Ponorogo menjadi salah satu sentra herbal unggulan tingkat nasional. Hal itu disampaikan oleh Yaya Sulthon Aziz, dosen Program Studi Farmasi Akafarma Sunan Giri Ponorogo, Jumat (22/11/2025). Menurutnya, Ponorogo memiliki keunggulan komparatif karena sejumlah tanaman herbal khas tumbuh subur di berbagai kecamatan. Yaya menjelaskan bahwa terdapat empat faktor pendukung yang memperkuat peluang Ponorogo dalam mengembangkan produk herbal, yakni meningkatnya tren back to nature di tingkat global, ketersediaan bahan baku lokal yang melimpah, potensi wisata kesehatan berbasis tanaman obat, serta peluang besar membangun industri hilir bernilai tambah. Ia menilai konsep desa wisata herbal yang memadukan edukasi tanaman obat keluarga, workshop pembuatan jamu, serta layanan wellness seperti spa dan terapi herbal berpotensi menjadi daya tarik wisata baru di Ponorogo.

Yaya menyebut tanaman jahe merah, temulawak, kunyit, kencur, lengkuas, brotowali, sambiloto, dan temu ireng tumbuh subur di Kecamatan Ngrayun, Slahung, Bungkal, Ngebel, Sooko, dan Pulung. Namun, ia mencermati masih terdapat sejumlah kendala mendasar, seperti sistem budidaya yang masih tradisional, rantai pasok yang belum efisien, serta belum tersedianya fasilitas pengolahan modern. Mayoritas petani, kata Yaya, masih mengandalkan teknik turun-temurun tanpa penerapan good agricultural practices, sehingga kualitas dan kuantitas panen belum konsisten. Minimnya infrastruktur pengolahan juga menjadi hambatan besar bagi petani dan pelaku UMKM. Belum adanya industri ekstraksi skala menengah membuat hasil panen sulit diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah lebih tinggi dan berumur simpan lebih lama.

Untuk memperkuat ekosistem herbal, Yaya menyarankan Pemkab Ponorogo aktif membina petani melalui sekolah lapang agribisnis herbal yang mengajarkan good agricultural and collection practices (GACP), mulai teknik budidaya hingga pascapanen. Ia juga merekomendasikan pembangunan Pusat Inovasi dan Standardisasi Herbal (PISH) sebagai fasilitas layanan terpadu yang menyediakan pengujian mutu, laboratorium ekstraksi skala menengah, serta unit pengolahan lanjutan. Dengan adanya fasilitas tersebut, produk herbal Ponorogo dinilai mampu memenuhi standar industri farmasi maupun ekspor. Selain itu, Yaya menilai pentingnya fasilitasi kemitraan antara petani dan industri besar serta perlindungan produk herbal khas melalui indikasi geografis (IG), seperti Temu Ireng Songgolangit atau Jahe Merah Pringgitan. Ia juga mendorong promosi terpadu yang melibatkan sektor budaya dan pariwisata, misalnya dengan menghadirkan booth khusus herbal pada Festival Reog Nasional, membuat paket wisata edufarm, atau menjadikan produk herbal sebagai cinderamata khas. “Dengan strategi yang tepat, herbal Ponorogo dapat semakin dikenal luas dan memperkuat citra daerah,” pungkasnya.

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar