SMPN 4 Ponorogo Canangkan Gerakan Penghijauan Terpadu
Agrotechindonesia.com, Ponorogo - Upaya menjaga kelestarian lingkungan terus digalakkan di Bumi Reog. SMP
Negeri (SMPN) 4 Ponorogo resmi meluncurkan program integrated greening bertema “Membangun
Masa Depan Berkelanjutan”, Jumat (3/10/2025). Seluruh pelajar kelas VII
hingga IX diwajibkan merawat pohon asuh, mengelola daur ulang sampah, membuat
lubang biopori, serta berlatih mengolah pupuk kompos.SMPN 4 Ponorogo Canangkan Gerakan Penghijauan Terpadu
“Pohon asuh yang dirawat di rumah dilaporkan
perkembangannya sebulan sekali. Kami juga membuat biopori berukuran besar di
sekolah,” ujar Kepala SMPN 4 Ponorogo Winarti saat peluncuran program.
Menurut Winarti, pihaknya sengaja melibatkan
peserta didik secara aktif dalam menjaga dan memulihkan lingkungan sekitar.
Bukan sekadar menanam pohon, melainkan juga menanamkan tanggung jawab dan
kesadaran menjaga kelestarian alam. “Kami memilih pendekatan penghijauan
terpadu untuk memberikan pemahaman tentang lingkungan yang ramah,” terangnya.
Winarti menambahkan, proses daur ulang sampah
dan pengolahan pupuk kompos juga bertujuan menumbuhkan jiwa kewirausahaan.
Dengan bekal keterampilan tersebut, pelajar lebih siap menghadapi tantangan
masa depan. “Volume sampah di lingkungan sekolah akan jauh berkurang,” ungkapnya.
Program inovatif SMPN 4 Ponorogo ini mendapat
apresiasi dari Ketua Satgas Penghijauan, Bambang Suhendro. Gerakan tersebut
dinilai selaras dengan program Nandur
Panguripan yang digagas Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko. “Kebiasaan cinta
lingkungan sejak dini akan membentuk generasi dengan kesadaran lingkungan yang
kuat,” jelas Bambang.
Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat
Pemkab Ponorogo itu menegaskan pentingnya kebiasaan mengelola sampah.
Menurutnya, setiap individu menghasilkan sampah setiap hari dan masalah ini
tidak akan selesai tanpa kesadaran pengelolaan yang baik. “Sampah akan terus
menggunung tanpa daur ulang,” imbuhnya.
Bambang menutup dengan pesan moral. Sumber
daya alam, katanya, bukanlah peninggalan nenek moyang, melainkan titipan Tuhan
untuk generasi mendatang. “Kita sudah terlalu banyak menyakiti alam, sudah
saatnya back to nature. Kalau kita sudah
tidak ada, anak cucu yang nanti melanjutkan perjuangan menjaga kelestarian
alam,” pungkasnya.