BMKG dan DPHP Jember Gelar Sekolah Lapang Iklim untuk Tingkatkan Literasi Petani dan Ketahanan Pangan
AgrotechIndonesia, Jember - Dalam
upaya memperkuat ketahanan pangan nasional di tengah tantangan perubahan iklim,
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) melalui Direktorat
Layanan Iklim Terapan dan Stasiun Klimatologi Jawa Timur bekerja sama dengan Dinas Pertanian, Hortikultura, dan Perkebunan (DPHP)
Kabupaten Jember menggelar Sekolah Lapang Iklim (SLI) di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Sumbersari, Jember,
Selasa (29/10/2025).
BMKG dan DPHP Jember Gelar Sekolah Lapang Iklim untuk Tingkatkan Literasi Petani dan Ketahanan Pangan
Dengan mengusung tema “Peningkatan Kapasitas Literasi Petani untuk
Ketahanan Pangan”, kegiatan ini berfokus pada peningkatan pemahaman petani
terhadap informasi iklim serta penerapannya dalam praktik pertanian berkelanjutan
berbasis teknologi pertanian cerdas (Climate Smart Agriculture).
Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena
Sopaheluwakan menegaskan bahwa SLI merupakan langkah nyata
untuk mewujudkan pertanian yang berketahanan iklim sekaligus mendukung program Asta
Cita Pemerintah Indonesia. “Kegiatan ini menjadi aksi konkret dalam
mewujudkan kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, dan air, serta
memperkuat pembangunan sumber daya manusia, termasuk petani sebagai garda
terdepan ketahanan pangan,” ujar Ardhasena.
Ia menilai pelaksanaan SLI di Jember sangat strategis, mengingat wilayah ini
memiliki produktivitas dan komoditas unggulan seperti padi, jagung, dan edamame
yang telah dikenal hingga mancanegara. Dalam kesempatan tersebut, Ardhasena
juga memaparkan kondisi iklim Indonesia dan perkembangan iklim di Jawa Timur
hingga awal 2026 yang dapat menjadi acuan perencanaan tanam bagi para petani.
Kegiatan SLI ini diikuti oleh 33
peserta, terdiri dari 27
petani Mitra Tani, 11 anggota kelompok tani, 8 penyuluh pertanian, 1 POPT
Patrang, serta 6
perwakilan dari PTPN I Regional V. Hadir pula perwakilan dari Universitas Jember, Perumda Perkebunan Kahyangan,
BPP Sumbersari, serta HKTI
Jember.
Para peserta memperoleh materi komprehensif tentang unsur cuaca dan iklim,
pengenalan iklim ekstrem, hingga pemanfaatan informasi iklim untuk mendukung
kegiatan pertanian. Diskusi panel menghadirkan para ahli, antara lain Dr. Andi Eka Sakya (BRIN), Prof. Bayu Taruna Widjaja Putra (Universitas Jember),
Dr. Urip Haryoko (BMKG),
dan Aep Ganda Permana, S.H. (HKTI),
dengan moderator Marjuki, M.Si.,
Direktur Layanan Iklim Terapan BMKG.
Dalam sesi tanya jawab, peserta dan narasumber sepakat bahwa strategi
adaptasi pertanian terhadap perubahan iklim harus disesuaikan dengan kondisi lokal.
Mereka juga menekankan pentingnya penerapan teknologi pertanian berbiaya rendah (low-cost smart farming)
agar dapat diimplementasikan secara luas tanpa membebani petani, sekaligus
tetap efisien dan produktif.
Pada sesi penutupan, Dr. Andi Eka
Sakya menekankan pentingnya keberlanjutan komunikasi antara
BMKG dan petani agar informasi iklim terus tersampaikan secara efektif. Aep Ganda Permana menambahkan,
kegiatan ini harus menjadi awal dari kolaborasi nyata antara petani, akademisi,
dan pemerintah daerah dalam mewujudkan pertanian yang adaptif dan tangguh
terhadap perubahan iklim.
“Pertanian presisi tidak hanya soal teknologi, tetapi juga kemampuan
memahami manajemen dan efisiensi dalam pengelolaannya,” ujar Prof. Bayu Taruna.
Sementara itu, Dr. Urip Haryoko
dari BMKG menegaskan bahwa keakuratan data iklim sangat bergantung pada
kalibrasi alat dan validasi data, dan BMKG akan terus berkomitmen menyediakan
data berkualitas untuk mendukung penelitian, kebijakan publik, serta kegiatan
pertanian nasional.
Kegiatan ditutup dengan penyampaian materi tentang pemanfaatan informasi
iklim dalam kegiatan pertanian, yang menekankan pentingnya sinergi antara ilmu
pengetahuan modern dan kearifan lokal sebagai dasar pengambilan keputusan di
lapangan.
Melalui Sekolah Lapang Iklim ini, BMKG berharap literasi iklim di kalangan
petani semakin meningkat, sehingga mampu memperkuat ketahanan pangan nasional dan
mendukung pertanian berkelanjutan
di tengah tantangan perubahan iklim global yang semakin nyata.