BREAKING NEWS

Gerakan Nandur Panguripan di Ponorogo Membuahkan Hasil: 52 Persen Pohon Hidup Subur

Gerakan Nandur Panguripan di Ponorogo Membuahkan Hasil: 52 Persen Pohon Hidup Subur
AgrotechIndonesia.com, Ponorogo - Gerakan penghijauan di Ponorogo menorehkan hasil menggembirakan. Satgas Penghijauan mencatat 52 persen bibit pohon yang ditanam dalam program Nandur Panguripan berhasil tumbuh hidup. Angka itu melonjak tajam dibandingkan kondisi sebelumnya yang hanya sekitar satu persen.

“Program mulai berjalan Maret 2025. Persentase hidup tanaman penghijauan sebelum adanya program hanya sekitar satu persen,” ujar Ketua Satgas Penghijauan Ponorogo Bambang Suhendro, usai kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) Nandur Panguripan di Pendapa Taman Wengker Ponorogo, Selasa (4/11/2025).

Monev diikuti perwakilan sejumlah perangkat daerah, petani penggarap, Komunitas Hijau, Kemenag, serta Perhutani. Menurut Bambang, kegiatan itu bertujuan mengevaluasi capaian, memperbaiki strategi, dan memastikan program berjalan berkelanjutan. “Capaian yang ada tidak lantas membuat kita berpuas diri. Monitoring berkala dan kerja nyata di lapangan harus terus dilakukan agar data penghijauan valid dan sesuai kondisi riil,” terangnya.

Selain peningkatan tingkat hidup tanaman, Satgas Penghijauan juga menyoroti perubahan mindset masyarakat. Kesadaran warga untuk menjaga kelestarian lingkungan dinilai meningkat, ditandai dengan keinginan mereka merawat pohon asuh di lingkungannya. “Perubahan pola pikir ini menjadi indikator keberhasilan program selain kenaikan pesat tanaman yang hidup,” jelas Bambang, yang juga menjabat Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemkab Ponorogo.

Saat ini, Satgas Penghijauan bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Ponorogo dan Komunitas Hijau tengah menyiapkan sekitar 8.400 bibit pohon berbagai jenis yang akan ditanam pada musim hujan tahun ini. Sebagian bibit akan menggantikan tanaman lama yang mati, sementara sisanya disiapkan untuk lokasi penghijauan baru.

Bambang menegaskan, gerakan penghijauan tidak semata bergantung pada musim hujan. “Kalau dirawat dengan sungguh-sungguh, pohon akan tetap hidup meskipun ditanam pada musim kemarau,” tuturnya.

Penanaman tahap berikutnya direncanakan berlangsung akhir November hingga Desember 2025, dengan mempertimbangkan karakter wilayah. “Untuk dataran tinggi perlu tanaman berakar kuat agar mampu mencegah longsor. Konsep penghijauan tidak bisa asal hijau,” tegasnya.

Selain kegiatan penghijauan, Satgas juga mendorong pengembangan Desa Ngindeng di Kecamatan Sawoo sebagai destinasi wisata berbasis tanaman buah. Pemerintah desa setempat telah menyediakan lahan aset desa sebagai demplot percontohan yang diharapkan menjadi inspirasi bagi desa lain di Ponorogo.

Di luar itu, terdapat 11,3 hektare aset milik daerah yang disiapkan untuk pengembangan wisata petik buah. “Ngindeng ini potensial menjadi wisata petik buah karena ada bendungan yang sudah menjadi daya tarik wisata. Kita lengkapi dengan ruang terbuka hijau,” pungkas Bambang.


 

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar